Permasalahan Guru dalam Penerapan Kurikulum



Sebuah kelas tidak boleh sekedar diartikan sebagai tempat siswa berkumpul untuk mempelajari sejumlah ilmu pengetahuan. Demikian juga sebuah sekolah bukanlah sekedar sebuah gedung tempat murid mencari dan mendapatkan ilmu pengetahuan. Sekolah dan kelas diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mendidik anak-anak, yang tidak hanya harus didewasakan dari aspek intelektualnya saja, akan tetapi dalam seluruh aspek kepribadiannya. Untuk itu bagi setiap tingkat dan jenis sekolah diperlukan kurikulum yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks dalam perkembangannya.
Kurikulum yang dipergunakan di sekolah sangat besar pengaruhnya terhadap aktivitas kelas dalam mewujudkan proses belajar mengajar yang berdaya guna bagi pembentukan pribadi siswa. Dengan kata lain aktivitas sebuah kelas sangat dipengaruhi oleh kurikulum yang dipergunakan di sekolah. Suatu kelas akan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat apabila kurikulum yang dipergunakan di sekolah dirancangkan sesuai dengan dinamika masyarakat. Sekolah yang kurikulumnya dirancangkan secara tradisional akan mengakibatkan aktivitas kelas berlangsung secara statis. Kurikulum tradisional diartikan sebga sejumlah materi pengetahuan dan kebudayaan hasil masa lalu yang harus dikuasai murid untuk mencapai suatu tingkat tertentu, yang dinyatakan dengan ketentuan kenaikan kelas atau pemberian ijazah kepada murid tersebut.
Di dalam kurikulum seperti itu mata pelajaran diberikan secara terpisah-pisah (subject certerd curriculum0 yang pada umumnya bersifat intelektualistis. Sekolah yang diselenggarkan dengan kurikulum modern pada dasarnya akan mampu menyelenggarakan kegiatan kelas yang bersifat dinamis. Kurikulum modern diartikan sebagai semua kegiatan yang berpengaruh pada pembentukan pribadi murid, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas/sekolah, termasuk di dalamnya lingkungan sekitar yang bersifat non edukatif seperti warung sekolah, pesuruh, kondisi bangunan dan sarana sekolah lainnya, masjid/Gereja d an lain-lain. Kedua kurikulum tersebut di atas kurang serasi dengan kondisi masyarakat Indonesia yang memiliki pandangan hidup Pancasila. Di satu pihak kurikulum tradisional yang berpusat pada guru akan diwarnai dengan sikap otoriter yang mematikan inisiatif dan kreativitas murid.
Kurikulum itu tidak akan mampu memenuhi tuntutan pembentukan pribadi berdasarkan minat, bakat, kemampuan dan sifat-sifat kepribadian yang berbeda-beda. Antara murid yang satu dengan murid yang lain dalam satu kelas. Segala sesuatu yang menyangkut isi kurikulum untuk dilaksanakan di kelas sudah diatur dan ditetapkan oleh pihak instansi atasan, yang bahkan menutup kemungkinan guru mengembangkan kegiatan berdasarkan inisiatif dan krativitasnya sesuai dengan kebutuhan anak-anak dan masyarakat sekitar. Dipihak lain kurikulum modern yang menekankan pada perkembangan individu secara maksimal, akan mencerminkan kebebasan atas dasar demokrasi liberal sehingga tidak memungkinkan diselenggarakannya secara efektif kegiatan belajar secara klasikal untuk pengembangan pribadi sebagai makhluk sosial dan makhluk Tuhan Yang maha Esa.
Oleh karena itu diperlukan usaha mengintegrasikan kedua kurikulum tersebut dalam kehidupan lembaga pendidikan formal di Indonesia agar serasi dengan kebutuhan dan dinamika masyarakat. Kurikulum harus dirancang sebagai sejumlah pengalaman edukatif yang menjadi tanggungjawab sekolah dalam membantu anak-anak mencapai tujuan pendidikannya, yang diselenggarakan secara berencana, sistematik dan terarah serta terorganisir. Sekolah yang dirancang dengan kurikulum seperti itu, memungkinkan kegiatan kelas tidak sekedar dipusatkan pada penyampaian sejumlah materi pelajaran/pengetahuan yang bersifat intellectualistic, akan tetapi juga memperhatikan aspek pembentukan pribadi, baik sebagai makhluk individual dan makhluk sosial maupun sebagai makhluk bermoral.
Dengan kurikulum seperti disebutkan terakhir berarti isi pendidikan di dalam kegiatan kelas untuk setiap jenjang/tingkat sekolah harus dirancangkan sebagai berikut:
1.      Tingkat Taman Kanak-Kanak Kurikulum pada tingkat ini harus dirancang untuk memungkinkan kelas menyelenggarakan kegiatan agar anak-anak belajar bergaul, belajar mempergunakan alat-alat yang sederhana, memperoleh ketrampilan dasar atau tingkat permulaan dan dapat bekerja sama dalam bermain walaupun pada tingkat ini kecenderungan dalam bermain masih bersifat individual.
2.      Tingkat Sekolah Dasar Kurikulum pada tingkat ini pada tahap permulaan atau kelas-kelas rendah harus dirancangkan untuk memungkinkan kelas melanjutkan kegiatan-kegiatan atau program-program di taman kanak-kanak. Selanjutnya sesuai dengan kematangan anak-anak, secara bertahap kurikulum harus dengan kematangan anak-anak, secara bertahap kurikulum harus dikembangkan juga untuk mempelajari fakta-fakta pengetahuan yang sederhana, pengembangan kebiasaan berpikir secara kreatif dan pembentukan watak berdasarkan sistem nilai-nilai tertentu. Untuk itu dapat dilaksanakan berbagai kegiatan kelas baik yang dilakukan secara individual maupun secara bersama-sama.
3.      Sekolah Lanjutan/menengah Kurikulum pada tingkat ini harus dirancangkan untuk memungkinkan diselenggarakannya kegiatan kelas dalam memenuhi kebutuhan melakukan eksplorasi dan eksperimentasi guna memberikan pengalaman intelektual dan sosial yang terpadu dalam rangka realisasi diri.
4.       Tingkat Perguruan Tinggi Kurikulum pada tingkat ini dirancangkan untuk memungkinkan kelas menyelenggarakan kegiatan membantu perkembangan individual secara maksimal dalam rangka menguasai keahlian profesional tertentu.

0 Comments